Cerita di Balik Ibu Rangin di BUAT CIPTA Episode Dua
Yang mau saya ceritakan bukan behind the scene, cara pembuatan atau bagaimana. Tapi tentang ibu penjual kue rangin di akhir episode 2 komik BUAT CIPTA. Jika kalian belum membaca episode dua nya, bacalah.. cuma 2-3menit saja, hehe tp artikel ini lebih penting daripada komiknya. Jadi baca ini dulu saja.
Biasanya sebuah cerita yg dibuat dipengaruhi oleh kejadian di dunia nyata yg dialami pembuat cerita atau yg orang lain alami. Khususnya pada karakter ibu penjual rangin ini. Pada waktu itu di dunia nyata, ibu ini sebenarnya bukan jualan kue rangin namun berjualan tigan (bahasa kromo inggil dari telur ayam).
Ibu ini berjualan tigan mengelilingi komplek dengan jalan kaki. Di 2016 ini, tentu penjual telur sangat tidak mainstream dibanding penjual kue rangin. Lantas kenapa ibu ini berjualan telur?
Ternyata beliau berjualan telur karena anak satu-satunya terkena demam berdarah dan sedang dirawat di rumah sakit umum di Surabaya pusat sana. Kondisinya, anak beliau tersebut masih SMP di SMP Negeri 12 dan suami beliau sudah meninggal bbrp tahun yang lalu. Jadi untuk membayar biaya rumah sakit, beliau berjualan telur. Kasih sayang ibu ke anak dan perjuangannya memang luar biasa.
Lah tidak sampai selang seminggu, belum sempat mencukupi biaya pengobatan anaknya. Anak beliau meninggal dunia (Innalillahi…). Jadilah ibu tersebut sekarang tinggal sendiri di kota Surabaya ini. Tentang dimana ibu tinggal, sebulan setelah anaknya meninggal, beliau diusir dari rumahnya yang lama. Karena tanahnya disita yang punya tanah. Beliau pindah ke tempat kakaknya di bantaran kali, rumah kayu sederhana berdekatan dengan jalan Merr.
Sedikit profil tentang ibu ini, yang paling mengagetkan saya dan bikin saya benar-benar sedih adalah nama beliau. Nama beliau yaitu Ibu Cikrak. …. Pembaca yg dari Surabaya dan sekitarnya pasti tahu apa itu cikrak. Dan anda tidak sedang salah membaca…
Sewaktu ditanyai kenapa kok nama beliau seperti itu, beliau bercerita kalau dahulu ketika bayi beliau akan di buang oleh orang tua. Jadi diberi nama Cikrak, maksudnya biar ada yang mau ngambil jadi anak (:(). Oleh karena itu diberi nama cikrak.
Kalau di-urutkan, beliau: Sedari kecil beliau tidak diharapkan orang tuanya, sehingga tidak dapat kehidupan yang layak, sekolah pun tidak. Suaminya meninggal, akhirnya jadi tulang punggung keluarga. Beberapa tahun kemudian anaknya yg pintar, satu satunya yg menemani beliru, juga meninggal… sebulan kemudian, beliau diusir dari tempat tinggalnya..
Dan ini cerita nyata di sekitaran tempat tinggal kita.
Sekian dulu artikelnya. Jika dari pembaca ada yang berkeinginan membantu beliau, dengan menyumbangkan bahan makanan, baju, kipas angin yg tidak terpakai mungkin? atau barang yang masih layak digunakan…
bisa hubungi saya biar bisa bebarengan. via text di 081-339-366-361 (tapi aktif sesekali) atau via line di andirkh
terimakasih!